Filsafat Sebagai Ilmu Pengetahuan

Filsafat ilmu pengetahuan adalah refleksi filosofis (filsafat) terhadap ilmu pengetahuan. Tujuan filsafat ilmu pengetahuan yaitu menemukan hakekat dari ilmu pengetahuan sehingga membedakannya dari pengetahuan sehari-hari. Refleksi dimulai dari kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Contoh manusia adalah makhluk berpikir, yaitu manusia menggunakan akalnya sehingga dapat mengolah kayu menjadi kertas sebagai ganti dari batu tulis. Kesadaran yang kedua adalah manusia selalu berinteraksi dengan realitas sekelilingnya, maksudnya melakukan usaha untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Contoh
bahwa manusia selalu berinteraksi dengan realitas di sekelilingnya, yaitu mahasiswa berinteraksi dengan dosennya atau dengan orang lain.
Pengetahuan adalah hasil pemikiran atas realitas, sedangkan ilmu adalah salah satu buah pemikiran manusia. Contoh : seseorang yang ingin membangun rumah dengan menggunakan jasa seorang sarjana (A) dan seorang yang tidak bergelar sarjana (B) namun sudah biasa membangun rumah. Ketika mereka membangun rumah, keduanya menghasilkan rumah dengan bentuk dan kualitas yang hampir sama. Namun, yang membedakannya hanyalah si (A) yang membangun rumah tersebut dapat menjelaskan mengapa bentuk atau ukuran rumah harus seperti itu. Dia bisa menjelaskan semua itu karena ia telah mempelajari ilmu untuk membangun rumah. Sedangkan jika ditanyakan kepada (B) dia tidak dapat menjelaskanya. Namun bukan berarti bahwa (B) tidak berpengetahuan sedangkan (A) berpengetahuan. A dan B sama-sama berpengetahuan, yang membedakan mereka adalah (A) memperoleh pengetahuan dari ilmu yang dipelajarinya di sekolah, sedangkan (B) memperoleh pengetahuan dari pengalamannya membangun rumah. Jadi, (A) dan (B) sama-sama berpengetahuan, namun cara memperoleh pengetahuan mereka yang berbeda.
Menurut Jujun Suriasumantri (2009:2) untuk menemukan hakekat ilmu, maka ada 3 pertanyaan yang diajukan yaitu:
1. Apa yang dibahas oleh ilmu pengetahuan? (Ontologi Ilmu)
2. Bagaimana cara memperoleh ilmu? (Epistemologi Ilmu)
3. Manakah manfaat ilmu pengetahuan itu bagi manusia? (Axiologi Ilmu)

  1. Ontologi Ilmu
    Ontologi berasal dari kata onto dan logos. Onto berarti “yang ada” dan logos berarti “pengetahuan”. Ontologi adalah pengetahuan tentang semua yang ada. Ontologi ilmu berbicara mengenai isi atau apa yang ditelaah oleh ilmu. Objek yang ditelaah oleh ilmu yaitu benda atau pengalaman empiris. Empiris ialah benda-benda yang dapat ditangkap oleh panca indera. Contoh objek empiris yaitu tumbuhan, hewan, manusia, dll. Sedangakan objek yang bukan empiris yaitu Tuhan dan hantu. *Tuhan dan hantu bukan empiris karena tidak dapat dilihat dengan panca indera.
    Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan yaitu objek kajian filsafat luas dan tidak terbatas, sedangkan ilmu pengetahuan objek kajiannya hanya terbatas pada benda-benda empiris.

    Menurut Jujun Suriasumantri (2009:7-8) secara lebih terperinci, ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai objek empiris yaitu:
    1. Klasifikasi
    Penggolongan benda-benda empiris yang mempunyai keserupaan satu sama lain misalnya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya.
    Contohnya :
    - Air(H2O) dan minyak digolongkan ke dalam zat cair, karena memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu mengikuti wadahnya dan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.
    - Besi dan aluminium digolongkan ke dalam zat padat, karena memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu bentuk dan volumenya tetap.

    2. Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu
    Artinya, benda empiris tetap mengalami perubahan tetapi perubahannya tidak sekejap melainkan butuh waktu.
    Contoh :
    Besi akan berkarat dalam jangka waktu tertentu tetapi tidak dalam sekejap. Dari proses perubahan besi itulah sehingga manusia dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan besi berkarat dan berapa lama waktu yang diperlukan sehingga besi menjadi berkarat.

    3. Determinisme
    Suatu kejadian selalu didahului oleh peristiwa sebelumnya dan peristiwa sekarang berpeluang untuk memicu kejadian berikutnya. Oleh karena itu, hukum sebab akibat berlaku disini, yang menepis anggapan bahwa suatu kejadian dapat terjadi secara kebetulan.
    Contoh :
    Saat hujan turun pasti diawali dengan awan gelap, tetapi saat terjadi awan gelap belum tentu turun hujan. Hal ini menunjukkan saat hujan turun pasti diawali dengan awan gelap, tetapi saat awan gelap terjadi hanya berpeluang atau berpotensi terjadi hujan. Maka determinisme dalam ilmu hanyalah bersifat peluang saja tidak mutlak. Jadi determinisme hanyalah sebagai suatu peluang terjadinya suatu kejadian atau potensi terjadinya sesuatu dan tidak pasti akan terjadi atau tidak mutlak adanya.
  2. Epistemologi Ilmu
    Epistemologi berasal kata episteme dan logos. Episteme berarti “pengetahuan” dan logos artinya “ilmu”. Epistemologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan (filsafat tentang pengetahuan). Epistemologi ilmu adalah cara/metode dalam memperoleh pengetahuan tentang benda-benda empiris secara filosofis.
    Contoh :
    Metode kerja dokter berbeda dengan dukun. Dokter mempunyai epistemologi ilmu / metode ilmu, yakni dimana seorang dokter bekerja dengan dokter-dokter lainnya dengan metode yang sama, sedangkan seorang dukun mempunyai metode tetapi masing-masing dukun mempunyai metode yang berbeda-beda sehingga dukun disebut tidak memiliki metode ilmu / epistemologi ilmu.
    Metode / cara berilmu secara filosofis :
    1. Rasionalisme
    Cara memperoleh pengetahuan hanya dengan akal / pikiran semata.
    Contoh:
      Cara berpikir secara rasional dalam matematika. Jika hasil dari 1+1 adalah 2 maka angka – angka tersebut merupakan hasil dari pengolahan dari dalam pikiran kita masing-masing. Karena angka merupakan sesuatu yang tidak tampak oleh panca indra kita (bukan benda empiris), meskipun saat seseorang baru belajar dalam penjumlahan kadang disimulasikan menggunakan jari yang dianggap sebagai angka. Namun itu hanya merupakan simbol yang tentunya memiliki lebih dari satu arti, misalnya saat menyimbolkan angka satu itu juga bisa berarti jari telunjuk atau menunjuk kepada sesuatu. Sehingga angka-angka tersebut harus diketahui melalui cara berpikir secara rasional.
      Pendapat A yang menurut pemikirannya telah benar belum tentu sama dengan pendapat B yang juga yakin dengan kebenaran hasil pemikirannya. Bahkan B bisa saja menganggap pemikiran A malah sebaliknya. Cara berpikir seperti ini yang membuat manusia jatuh ke dalam solipsism, yakni pengetahuan yang benar menurut anggapan kita masing – masing.
    Kelemahan dari metode rasionalisme yaitu pikiran manusia sangat beragam sehingga tidak bisa mendapat kesimpulan yang pasti.

    2. Empirisme
    Cara memperoleh pengetahuan hanya dengan panca indera. Karena sulitnya memperoleh kesamaan pendapat dengan cara berpikir secara rasional, maka lahirlah cara berpikir secara empiris.Para kaum empiris mengajak untuk kembali ke alam untuk memperoleh pengertahuan. Menurut mereka, pengetahuan tidak ada secara apriori (pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman) dibenak kita. Melainkan harus diperoleh dari pengalaman. Sama halnya dengan kaum rasionalis kaum empiris juga berusaha untuk menemukan pengetahuan yang benar.
    Contoh:
    Pulpen, mata hanya dapat menangkap benda itu, tetapi yang mengartikannya meja adalah pikiran.
    Kelemahan dari metode empirisme yaitu panca indera hanya sanggup memberikan informasi berupa benda, tetapi tanpa arti, nama, dan fungsi.
    Seiring dengan berjalannya waktu, pemikiran yang radikal lambat-laun berubah menjadi lebih moderat sehingga kompromi lebih mudah tercapai. Dengan demikian pendekatan rasional dan empiris akhirnya dapat menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu, timbullah gagasan untuk menggabungkan kedua pendekatan untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Maka gabungan antara pendekatan rasional dan empiris dinamakan metode keilmuaan. Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis. Sedangkan empirisme memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran. Kedua pendekatan ini digunakan secara dinamis untuk memperoleh pengetahuan yang sistematis dan konsisten dengan pengertian bahwa panca indera yang menangkap benda, pikiran yang menafsirkan dan memberikan nama, arti dan fungsi pada benda tersebut.

    Kelebihan dan Kekurangan Berpikir Secara Keilmuan.
    Dikutip dalam John. G. Kemeny, A Philosopher Looks at Science (New York: Van Nostrand 1959)
    *Kelebihan ilmu terletak pada pengetahuan yang tersusun secara logis dan sistematis serta telah teruji kebenarannya. Faktor pengujian ini memberikan karakteristik yang unik kepada proses kegiatan keilmuan, karena dengan demikian maka khazanah teoretis ilmu harus selalu dinilai berdasarkan pengujian empiris. Proses penilaian yang terus menerus ini mengembangkan suatu mekanisme yang bersifat memperbaiki diri. Karakteristik ilmu yang lain yaitu bersifat terbuka dan tersurat(eksplisit).
    Contoh: air rebusan daun kamote(daun ubi jalar) dapat mengobati penyakit demam berdarah, dalam hal ini harus dipublikasikan secara umum agar dapat dimanfaatkan oleh semua orang, dan dapat dibuktikan sendiri kebenarannya oleh orang lain.

    *Kekurangan ilmu bersumber pada asumsi landasan epistemologis ilmu, yang menyatakan bahwa kita mampu memperoleh pengetahuan yang bertumpu pada persepsi, ingatan, dan penalaran. Persepsi dengan mengandalkan panca indera jelas memiliki kelemahan, sebab panca indera manusia tidak sempurna. Selain itu, penjelajahan ilmu secara ontologis hanya membatasi diri kepada gejala-gejala yang bersifat empiris.
    Contoh: pensil yang direndam di dalam air akan tampak seperti bengkok.

    Konsep dalam Ilmu
    Hakekat ilmu (pengetahuan tentang benda empiris) sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan yang berguna bagi kita dalam menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol gejala-gejala alam(benda-benda empiris).
    Tujuan utama kegiatan keilmuan adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas dan sebagainya.
    Untuk itu, dalam proses penyusunannya kita menggunakan metode induksi dan metode deduksi.
    - Induksi, adalah cara menyimpulkan yang bertitik tolak dari hal-hal konkret dan individual, lalu ditarik suatu kesimpulan yang berlaku umum.
    Alat kerja dalam proses induksi adalah statistik(pengumpulan fakta).
    Empirisme dalam menyimpulkan suatu hal menggunakan metode induksi.
    Contoh:
    Penghitungan Quick Count Pemilu 2014 dari beberapa daerah di Indonesia lalu disimpulkan pemenangnya.
    Kelemahan dari berinduksi adalah manusia tidak dapat memberi kesimpulan 100% pasti, mutlak dan benar.
    Kelemahan dari statistik adalah statistik tidak bisa menarik kesimpulan secara benar, karena pikiran manusia selalu berubah-ubah.

    - Deduksi, adalah proses penerapan kesimpulan dari hal yang berlaku umum kepada hal konkret individu.
    Alat kerja dalam proses deduksi adalah matematika dan logika.
    Rasionalisme dalam menyimpulkan suatu hal menggunakan metode deduksi.
    Contoh:
    Daun kamote yang dipercaya dapat menaikkan trombosit darah (dibuktikan kebenarannya dengan melakukan uji coba laboratorium).
  3. Axiologi Ilmu
    Axiologi artinya teori nilai. Nilai ialah apa yang menjadi rujukan seseorang, kriteria tertinggi atau pedoman yang mempengaruhi dan mengarahkan seluruh hidup orang tersebut. Axiologi berbicara mengenai bagaimana memanfaatkan ilmu atau apa kegunaan ilmu tersebut.
    Nilai yang dapat mempengaruhi seseorang :
    - uang
    - harta
    - harga diri / nama baik / reputasi
    - nasionalisme / tanah air
    - keluarga
    - kemanusiaan
    - ketuhanan
    Contoh:
    Pemain bulu tangkis mengikuti Thomas Cup demi memperjuangkan uang dan nasionalisme.
    Nilai memiliki peranan yang sangat penting bagi penggunaan ilmu. Namun kebanyak orang sekarang lebih banyak berorientasi pada nilai material yang mengakibatkan kemerosatan nilai moral manusia. Sehingga sangatlah penting seseorang yang berilmu untuk bijak dan memperhatikan nilai-nilai moral sebelum menggunakan ilmunya. Sehingga ilmu tersebut mampu bermanfaat bagi kepentingan banyak orang dan tidak merugikan orang lain.

No comments:

Post a Comment