Apa Itu Filsafat?

Apa itu Filsafat?
  1. Pengertian Filsafat
    Secara etimologi, filsafat terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu “phylos” dan “sophia”. Phylos artinya sahabat atau cinta dan sophia artinya kebenaran, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Jadi, menurut asal katanya filsafat berarti orang yang mencintai kebenaran. Orang yang berfilsafat disebut filsuf.
    Filsafat merupakan refleksi terhadap realitas. Yang dimaksud refleksi di sini ialah proses menangkap suatu hal dan menghadirkannya kembali di pikiran kita lalu dipikirkan secara intesif. Contoh dari merefleksi suatu obyek yaitu hal-hal yang kita lakukan secara mekanis atau hal-hal yang kita lakukan secara tidak sadar karena sudah menjadi kebiasaan, seperti pagi hari kita bangun tidur, setelah itu mandi, lalu berangkat ke sekolah, dst. Sedangkan realitas yang dimaksud, ialah segala sesuatu yang :
      ditangkap oleh panca indera → segala sesuatu (objek-objek) yang dapat dilihat oleh mata, dicium oleh hidung, diraba atau dirasakan oleh kulit serta dapat didengar oleh telinga.
    Contohnya : meja yang dapat dilihat, hasil dari apa yang dipikirkan atau buah pemikiran manusia.
      mungkin → Contohnya : keberadaan hantu dan UFO
    *Tuhan dan hantu dapat dikatakan realitas karena merupakan suatu kepercayaan (realitas dalam bentuk pikiran).
    Tujuan berfilsafat yaitu :
    - merefleksikan secara filosofis realitas
    - menemukan hakekat dan realitas
  2. Ciri-Ciri Berfilsafat:
    1. Kritis.
    Artinya, suatu sikap yang tidak menerima atau mempercayai begitu saja sesuatu sebagai sebuah kebenaran tetapi selalu mempertanyakannya kembali. Terhadap objek apa pun, filsafat bersikap demikian.
    Contoh : Isu-isu yang beredar di masyarakat, kita hadirkan dipikiran kita, dan dipikirkan apakah isu-isu yang beredar itu benar.
    2. Logis.
    Artinya, masuk akal atau dapat dijelaskan oleh akal sehat.
    Contoh : Dalam sebuah pertemuan jumlah kursi yang harus disediakan paling tidak sama atau lebih dengan jumlah tamu yang diundang, hal itu barulah dikatakan logis. Apabila jumlah kursi yang disediakan kurang dari jumlah tamu yang diundang, maka hal tersebut dapat dikatakan tidak logis.
    3. Radikal.
    Radikal berasal dari kata radix (lnggris), yaitu akar. Radikal berarti memikirkan hingga ke dasar atau akarnya. Dengan kata lain, menemukan hakekat dari realitas itu, atau sifat-sifat hakiki/yang mendasar dari realitas.
    Contoh : Dalam mengamati suatu kejadian misalnya banjir, bila orang tersebut berpikir radikal maka ia akan berpikir mengapa atau apa sebab terjadinya banjir itu.
    4. Sistematis.
    Artinya, terstruktur, bertahap atau teratur.
    Contoh : Dalam melakukan analisa atau membuat laporan, maka seseorang harus memperhatikan strukturnya yang beraturan dari awal sampai akhir.
  3. Asal Mula Filsafat
    Menurut Jan Hendrik Rapar (1996 : 16-19), ada empat hal yang melahirkan filsafat, yaitu:
    1. Ketakjuban.
    Menurut kebanyakan filsuf, yang menjadi awal kelahiran filsafat ialah θαυμασια – thaumasia (kekaguman, keheranan, atau ketakjuban). Subjek dari ketakjuban ialah manusia, serta objek ketakjuban yaitu segala sesuatu yang ada dan dapat diamati. Pengamatan yang dilakukan bukanlah hanya sekedar terhadap objek yang bisa diamati oleh panca indra saja, melainkan juga dengan akal budi (abstrak) yaitu yang tidak dapat dilihat dan diraba.
    Ketakjuban ada 2 macam, yaitu:
    - tremendum : pengalaman mengerikan yang pernah dialami.
    - fascinosum : pengalaman yang indah.
    Contoh : Fenomena-fenomena alam dan tsunami yang melahirkan kekaguman dan kengerian bagi manusia.
    Atas dasar pengalaman tersebutlah mendorong manusia untuk berfilsafat(bertanya dan mencari jawaban atas semua yang terjadi).
    2. Ketidakpuasan.
    Sebelum munculnya filsafat, manusia mengaitkan berbagai kejadian (fenomena) dengan mitos. Berbagai mitos yang tidak dapat diterima oleh nalar dan akal sehat manusia membuat manusia merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan. Karena ketidakpuasan tersebut, manusia kemudian berpikir lebih logis dan rasional untuk mencari tahu jawaban dari berbagai pertanyaan yang ada. Sehingga lama kelamaan mitos mulai tergeser dengan cara berpikir yang rasional dan logis. Hal itulah yang melahirkan filsafat .
    Contoh :
    i. Peristiwa gempa bumi diakibatkan oleh adanya naga di bawah tanah yang marah, namun pada kenyataannya gempa bumi terjadi karena pergeseran lempeng bumi atau adanya aktivitas magma di bawah pemukaan bumi.
    ii. Kebanyakan lift di hotel milik orang Tionghoa tidak memiliki lantai 4, karena angka 4 jika diartikan sama dengan mati.
    3. Hasrat bertanya.
    Karena ketakjuban, manusia melahirkan pertanyaan dan ketidakpuasan yang tak kunjung habis. Hasrat bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya. Pertanyaan yang diajukan tidak sekadar terarah pada wujud sesuatu, melainkan juga terarah kepada dasar atau hakikatnya. Filsafat selalu mempertanyakan sesuatu dengan cara berpikir yang radikal (sampai ke akar akarnya) tetapi juga secara universal.
    4. Keraguan.
    Manusia mempertanyakan sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang ditanyakan. Tentu yang ditanyakan tersebut tidak jelas dan belum terang. Pertanyaan yang diajukan pada hakikatnya merupakan suatu pertanyaan tentang adanya aporia (keraguan, ketidakpuasan, dan kebingungan). Bahkan keragu-raguan seseorang pun masih diragukan.  Jadi, jelas terlihat bahwa keraguanlah yang merangsang manusia untuk terus bertanya dan bertanya . Hal itulah yang menggiring manusia untuk berfilsafat.

No comments:

Post a Comment